Selamat Ulang Tahun Untuk Sebuah Republik Bernama Indonesia
"Hari kedepan Bangsa Indonesia hanya terletak semata-mata padapembentukan suatu Pemerintahan yang bertanggungjawab pada rakyat dengan sesungguhnya. Untuk itu tiap-tiap orang Indonesia harus berjuang menurut kemampuan dan bakatnya masing-masing, tanpa tergantung pada 'bantuan' dari orang-orang asing. Pemecahbelahan kekuatan Indonesiadalam bentuk apapun, harus dicela sekeras-kerasnya, karena hanya persatuan kokoh kuat daripada putra-putri Indonesia dapat mencapaitujuan bersama"
Azas dalam gagasan pembentukan Pemerintahan Indonesia yang merupakan pernyataan Indonesische Vereninging, sebelum berubah menjadi Perhimpunan Indonesia, kumpulan orang-orang Indonesia di Belanda. Pada periode 1923-1924, yang diketuai oleh:
Iwa Kusumasumantri, dengan anggota: J.B.Sinatala, Moh.Hatta, Sostromuljo, Darmawan Mangunkusumo.
( Dikutip dari Otobiografi Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia ke-8, "Tonggak-tonggak di Perjalananku", hal 43. )
Itu adalah salah satu cita-cita luhur yang diyakini oleh pemrakarsa bangsaini. Seluruh komponen bangsa, tanpa melihat suku dan agama, telahmengorbankan tetes darah dan airmata hingga akhirnya Proklamasi bisa dikumandangkan dengan perkasa pada17 Agustus 1945.
Tahun ini Indonesia genap berusia 65 tahun, waktu yang cukup untuk kehidupan manusia, tinggal mensyukuri masa tua yang mapan dengan nyaman danbahagia. Tapi untuk sebuah negara tergantung pengelolaannya, apakah dijalankan dengan bertanggungjawab oleh pemerintahan untuk rakyatnya?
Bertanggung jawab artinya setiap rakyat Indonesia berhak memiliki kesempatan yang samadalam memperoleh kepastian hukum, pendidikan, fasilitas kesehatan, lapangan kerja. Mungkin terkesan muluk kalau kebebasan beragama, hakyang paling hakiki saja masih tanda tanya...
Dinegeriini, bentrokan antara sesama umat beragama ataupun dengan umat beragama yang berbeda berulangkali terjadi, seringkali hingga memakan korban jiwa.
Padahal kitab suci dari agama apapun selalu mengajarkan kita, siapapun yang menumpahkan darah manusia, dipandang sebagaipenghapusan Citra Tuhan. Karena semua manusia adalah ciptaan-Nya.
Apalagi mengambil jiwa manusia lain dengan alasan membela Tuhannya, sama saja dengan menghina kekuasaan Tuhan.
Tuhan tidak datang kepada manusia dengan paksaan. Setiap orang memilikipemahaman yang berbeda-beda, sesuai dengan keunikan setiap manusia dan kompleksnya kebutuhan manusia itu sendiri.
Kenyataan yangterjadi dinegeri ini begitu berbeda, ada Organisasi Kemasyarakatan 'Beragama' yang memiliki bentuk chauvinisme tentang agamanya sendiri dengan mengorbankan kelompok aliran dari agamanya atau agama lain. Jelas tidak bisa diterima. Sebab semua orang dinegeri ini adalah warga dari sebuah Negara yang memiliki dasar Keberagaman Beragama dan Berkeyakinan.
Meyakini Tuhan yang sama, namun memahami agama secara berbeda, serta merta menganggap agamanya dinodai. Ormas beragama bisa menjadi begitu murka. Tempat ibadah, yang dianggap rumah suci Tuhan pun begitu mudah dihancurkan. Padahal masyarakat lokal yang hidup berdampingan sehari-hari dengan kelompok aliran agama yang berbeda biasanya baik-baik saja.
Tidak bisakah penguasa negeri ini membuat kesepakatan yang berlaku adil untuk semua pihak agar konflik berakhir damai?
Beberapa waktu lalu di wilayah dekat ibukota, ada sekelompok orang yang melakukan tuntutan untuk merobohkan sebuah patung perempuan, dengan alasan mempertontonkan 'pornografi'. Padahal patung itu berdiri dikompleks perumahan sejak 2 tahun yang lalu dan penciptanya adalah seniman Indonesia yang prestasinya sudah diakui didunia internasional. Sebelumnya keadaan baik-baik saja, entah ada 'wangsit' apa atau'pesanan' siapa, tiba-tiba tuntutan itu muncul. Surat perintah pembongkaran dari walikota daerah tersebut pun muncul setelah ada demo dari kelompok orang.
Sebegitu rapuhnyakah mental seseorang hingga begitu takut dengan patung?
( Sepertinya yang paling takut adalah aparat pemerintah, hingga akhirnya tuntutan itu dipenuhi. )
Masih didekat ibukota dan masih terjadi hingga kini. Sekelompok orang melakukan teror secara fisik dan verbal terhadap kelompok agama yang berbeda, terkait masalah perizinan pembangunan tempat ibadah.Pelarangan itu kali ke-4 terjadi, padahal lokasi terakhir sesuai saranpemerintah daerah.
Bukankan seharusnya pemerintah daerah selakupemegang otoritas tanggungjawab, memiliki kekuasaan penuh berkaitanmasalah perizinan, bukan sekelompok orang yang tidak punyatanggungjawab apa-apa bisa memutuskan dimana layaknya suatu tempatibadah didirikan?
Pelarangan seperti itu bisa dianggap pemecahbelahan bangsa, termasuk pihak-pihak yang harusnya bertanggungjawab, tetapi tidak memberikan jalan keluar terhadappermasalahan yang ada.
Sungguh ajaib, sejak kapan negeri ini dikavling berdasarkan agama?
Seiring bertambah usia republik ini, konflik-konflik dengan alasan agama terusmenerus terjadi..lagi dan lagi.. entah sampai kapan..
Barangkali Hatta akan menangis kalau saja dia tahu, semua yang sudah dikorbankan, dianggap sudah tidak berharga lagi..
Saya hanya orang yang sederhana dengan pikiran yang sederhana pula. Saya hanya berpikir, bangsa ini bisa maju memenuhi tuntutan zaman dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain, kalau kita sudah bisa menselaraskan perbedaan diantara kita sendiri.
Satu hal yang akan saya yakini hingga saya mati, pada dasarnya SEMUA ORANG SAMA DIMATA TUHAN, seharusnya SEMUA ORANG JUGA SAMA DIMATA HUKUM.
Selamat Ulang Tahun Sebuah Republik Bernama Indonesia.
Semoga Kedamaian antar umat beragama bukan hanya omong kosong seperti yangtertera di spanduk pinggir jalan, tapi senantiasa menyala dihati setiap orang Indonesia dan menjadi hadiah terindah untuk menyongsong masa depan. Karena saya percaya, Hati Nurani masih ada!
-mirta-
Penulis, Mirta Parahita adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Jakarta. Jika ingin berdiskusi ttg tulisan ini bisa kontak Mirta langsung di
http://www.facebook.com/profile.php?id=1322083207